Anggrek juga tanaman obat

rose
Sekitar 250.000 hingga 350.000 spesies tumbuhan diyakini berpotensi sebagai tumbuhan obat (obat herbal). Namun baru sekitar 35.000 spesies yang telah dimanfaatkan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pemanfaatan potensi tumbuhan obat secara maksimal dapat memenuhi kebutuhan kesehatan 80% penduduk dunia terutama di negara berkembang, sementara sejak pertengahan 1990-an diperkirakan lebih dari 200 perusahaan industri dan organisasi besar dunia telah berusaha menemukan dan mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit potensial pada tumbuhan dan hewan (Kong et.al., 2003).

Di benua Asia, masyarakat China, Jepang, India dan Indonesia banyak memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan obat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Menurut Kong et.al. (2003), sekitar 7300 spesies tumbuhan telah dimanfaatkan oleh masyarakat China sebagai obat tradisional. Hal ini membuat China sebagai negara terdepan dalam pemanfaatan tumbuhan obat.
Anggrek adalah tumbuhan familia Orchidaceae yang telah lama dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat China. Beberapa genus yang telah dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat antara lain Dendrobium, Malaxis, Gastrodia, Bletilla dan Anoectochillus (Bulpitt et.al., 2007). Beberapa spesies dari genus di atas bahkan telah dideskripsikan dalam Materia Medica yang ditulis pada masa kaisar Shen-Nung pada abad ke-28 SM. Produk obat-obatan tradisional yang berasal dari Dendrobium bahkan telah lama diperdgangkan di China (Bulpitt, 2005).

Dendrobine

Potensi Dendrobium sebagai obat disebabkan karena anggrek ini menghasilkan berbagai macam senyawa metabolit penting, beberapa di antaranya adalah alkaloid. Alkaloid utama dan paling banyak dijumpai pada Dendrobium adalah Dendrobine (C16H25O2N). Di China, Dendrobine banyak diekstraksi dari spesies Dendrobium nobile. Ekstraksi Dendrobine dan alkaloid lainnya sering dilakukan dari batang atau pseudobulb. Nobilonine, Dendrine, Dendroxime dan Dendramine adalah jenis metabolit lain yang ditemukan pada Dendrobium (Wang et.al., 2010; Bulpitt et.al., 2007 ).
Dendrobium di China digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar maupun setelah dikeringkan. Senyawa-senyawa aktif pada Dendrobium mempunyai aktivitas antikanker. Di China Dendrobium dilaporkan telah dimanfaatkan dalam pengobatan kanker perut dan paru-paru (Bulpitt, 2005; Bulpitt et.al., 2007, Devi et.al., 2008). Dendrobine dan alkaloid lain pada Dendrobium juga berkhasiat untuk menurunkan kadar gula darah hingga pengobatan impotensi (Bulpitt et. al., 2007). Ying-Hu (1970), menyatakan bahwa metabolit-metabolit yang dihasilkan Dendrobium kemungkinan berpotensi sebagai antibiotik.

Indonesia mempunyai kekayaan tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan spesies Anggrek yang ada di Indonesia salah satu yang terbesar di dunia, jauh melebihi China. Spesies-spesies seperti Dendrobium, Malaxis dan Vanilla bahkan banyak dijumpai. Kebiasaan masyarakat dan suku adat di Indonesia yang sejak lama memanfaatkan tumbuhan sebagai obat membuka peluang yang sangat besar bagi studi Etnobotani dan penelitian-penelitian untuk menggali potensi tumbuhan obat Indonesia.

Indonesia kaya akan spesies Anggrek salah satunya adalah Dendrobium crumenatum (Anggrek Merpati). Di Indonesia, Anggrek merpati termasuk spesies kosmopolit yang tumbuh secara liar namun banyak juga dijumpai sebagai tanaman hias di rumah, kampus hingga di tepi jalan. Menurut Wiart (2006), Dendrobine tersebar luas di genus Dendrobium, salah satunya adalah Dendrobium crumenatum.

Pengaruh Dendrobine dan alkaloid lain dalam meningkatkan viabilitas sel neuron, menekan tingkat kematian sel neuron serta melindungi sel neuron dari kerusakan pada tikus telah dibuktikan oleh Wang et.al. (2010). Kudo et.al. (1983) menunjukkan adanya pengaruh Dendrobine terhadap aktivitas elektrik dan depolarisasi pada sel syaraf Katak. Aktivitas anti hiperglikemia juga ditunjukkan oleh Zhao et.al. (2007) dari ekstrak alkaloid batang Dendrobium chrysotoxum.
Devi et.al. (2008), membuktikan bahwa campuran alkaloid pada ekstrak batang dan bunga D. nobile mempunyai aktivitas anti bakteri dan anti kanker. Hal tersebut ditunjukkan dengan luas zona penghambatan pada kultur Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Proteus. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid dari bunga D. nobile mempunyai aktivitas antikanker sehingga bunga dapat menjadi organ alternatif sumber Dendrobine dan alkaloid lainnya.

Isolasi Dendrobine

Dendrobine dapat diisolasi dalam bentuk kristal. Ekstraksi Dendrobine dari dapat dilakukan dengan kloroform, ethanol, methanol, ispropil alkohol, eter atau asetaon. Kombinasi antar 2 komponen di atas juga dapat dilakukan. Misal kloroform : eter = 4 : 1 (Chen & Chen, 1935; Devi et.al., 2008). Dari ekstrak alkaloid yang didapat, Dendrobine diisolasi dengan menambahkan berbagai jenis asam. Setiap jenis asam menghasilkan kristal Dendrobine dengan karakter yang berbeda.

Menurut Chen & Chen (1935), asam yang dapat digunakan untuk isolasi Dendrobine dari ekstrak alkaloid adalah : asam klorida (HCl), asam bromida (HBr), asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam oksalat (C2H2O4), asam iodide 9HI), asam pikrat (C6H3O7N3), asam flavianat (C10H6O8N2S), asam methiodida (CH3I), asam auriklorida (HAuCl4), dan asam platiniklorida (H2PtCl6). Isolasi dengan asam klorida dilakukan dengan melarutkan ekstrak alkaloid dalam alkohol kemudian ditambahkan asam klorida 5%. Campuran kemudian diuapkan dengan bantuan kipas angin. Residu yang tersisa dilarutkan dengan isopropyl alkohol. Larutan kemudian didinginkan dengan campuran es dan eter hingga kristal terbentuk. Kristal yang diperoleh dengan asam klorida tidak berwarna, berbentuk lempeng tapi dan mempunyai titik lebur 193˚C. Kristal ini tidak larut dalam eter namun sangat larut dalam air dan alkohol. Cara yang hampir sama dapat dilakukan dengan asam iodida, namun kristal yang terbentuk berbentuk jarum dengan titik lebur 284-284,5˚C. Kristal ini tidak larut dalam eter, kurang larut dalam alkohol namun mudah larut dalam air.
Isolasi dengan asam sulfat dilakukan dengan melarutkan ekstrak alkaloid dalam air dan ditambahkan asam sulfat 10% hingga semua partikel larut dan campuran menjadi asam. Campuran diuapkan dengan bantuan kipas angin. Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan aseton panas. Kristal dapat dihasilkan dengan mendinginkan larutan. Kristal yang terbentuk berbentuk prisma yang besar dan mempunyai titik lebur 178˚C. Kristal ini tidak larut dalam dalam eter namun larut dalam air dan alkohol (Chen & Chen, 1935).

Penutup

Selain sebagai tanaman hias, anggrek Indonesia dapat terus dikembangkan dengan mengoptimalkan potensinya sebagai tumbuhan obat. Genus Dendrobium (Orchidaceae) menghasilkan alkaloid yang mempunyai kegunaan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Dendrobine, alkaloid utama dalam Dendrobium dapat diekstrak dari batang dan bunga serta diisolasi dalam bentuk kristal. Distribusi Dendrobine di sejumlah organ pada berbagai spesies Dendrobium adalah tantangan yang menarik untuk diteliti. Penelitian – penelitian untuk mengembangkan potensi Dendrobium asli Nusantara sebagai tumbuhan obat perlu ditingkatkan.

Bermanfaat? Komentar Yuk